Analisis Beberapa faktor Bahaya di Tempat Kerja
Tiap tempat kerja masih tetap mempunyai kandungan beberapa kekuatan bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit karena kerja. Kekuatan bahaya adalah segala hal yang punyai kekuatan menyebabkan berlangsungnya rugi, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan juga bisa juga mengakibatkan kematian yang berkaitan dengan proses dan pola kerja. Memakai apd lengkap sangat penting jika bekerja di luar ruangan, jual sepatu safety bisa menjadi pertimbangan untuk melengkap apd anda.
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 berkenaan Keselamatan Kerja pada Permasalahan 1 menjelaskan bila tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, jalan atau masih, di mana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk kebutuhan satu usaha dan di mana terdapat beberapa sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekitarnya yang disebutkan bagian-bagian atau yang berkaitan dengan tempat kerja itu.
Kekuatan bahaya berpotensi untuk mengakibatkan kerusakan dan rugi pada : 1) manusia yang berupa langsung atau tidak langsung pada tugas, 2) properti termasuk peratan kerja dan beberapa mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di perusahaan atau di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan service, 5) nama baik perusahaan.
Bukti mengenai ergonomi dan K3 internasional atau mungkin dengan global:
ILO meramalkan bila tiap tahun sekitar 24 juta orang meninggal dunia karena kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja termasuk di dalamnya 360.000 kecelakaan fatal dan diprediksi 1,95 juta karena oleh penyakit fatal yang ada di ligkungan kerja.
Hal tersebut memiliki makna bila di tahun akhir nyaris 1 juta karyawan akan mengalami kecelakaan kerja dan sekitar 5.500 karyawan meninggal dunia karena kecelakaan atau penyakit di lingkungan kerja.
Dalam pertimbangan ekonomi, 4% atau beberapa USD 1,25 Trilyun dari Global Gross Domestic Prodct (GDP) didistribusikan untuk biaya dari kehilangan waktu kerja karena kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja, ganti rugi untuk beberapa karyawan, terhentinya produksi, dan beberapa biaya pengobatan karyawan.
Kekuatan bahaya kecelakaan kerja diprediksi menyebabkan 651.000 angka kematian, paling penting di sejumlah negara berkembang. Bahkan angka itu kemungkinan dapat makin besar kembali jika pola laporan dan pernyataan nya lebih bagus.
Data dari beberapa beberapa negara Industri perlihatkan bila beberapa karyawan konstruksi berpotensi meninggal dunia karena kecelakaan kerja 3 sampai 4 kali makin besar.
Penyakit paru paru yang terkena pada beberapa karyawan di perusahaan minyak dan gas, pertambangan, dan beberapa perusahaan seperti, jadi karena paparan asbestos, batu bara dan silica, tetap menjadi perhatian di negara-negara maju dan berkembang. Bahkan kematian karena kecelakaan kerja dari paparan asbestos saja sudah tiba angka 100.000 dan masih tetap semakin tiap tahunnya.
Data ILO menjelaskan ada 1 juta orang di Asia yang meninggal dunia karena penyakit karena kerja. "Apa yang berjalan di Asia sekarang ini adalah yang kami sebut pembunuhan massal sunyi," kata seorang pembicara.
B. IDENTIFIKASI BAHAYA
Langkah pertama management risiko kesehatan dalam tempat kerja adalah analisis atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini ditangani analisis faktor risiko kesehatan yang dapat terhitung fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan psikologi yang terpajan pada karyawan.
Supaya dapat temui faktor risiko ini diperlukan penilaian di proses dan simpul tugas produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dibikin termasuk hasil samping proses produksi, dan sampah yang terbentuk proses produksi. Pada permasalahan berkaitan berbahan kimia, jadi diperlukan: kepemilikan material safety data sheets (MSDS) untuk tiap bahan kimia yang digunakan, pengelompokan bahan kimia menurut tipe bahan aktif yang ada, mengenali bahan pelarut yang digunakan, dan bahan inert yang ikuti, termasuk imbas toksiknya. Saat ditemukan dua ataupun lebih faktor risiko dengan berbarengan, kemungkinan berhubungan dan menjadi lebih berefek atau turut jadi kurang berefek.
Jadi contoh, lingkungan kerja yang berisik dan dengan bersamaan ada pajanan toluen, jadi ketulian karena berisik semakin mudah berjalan.
Penilaian Pajanan
Proses penilaian pajanan ialah wujud dalami kuantitatif dan kualitatif pada pola pajanan group karyawan yang kerja dalam tempat dan tugas detil dengan tipe pajanan risiko kesehatan yang serupa. Group itu dikenal juga dengan similar exposure group (group karyawan dengan pajanan yang serupa).
Penilaian pajanan perlu penuhi tingkat keakuratan yang adekuat dengan bukan hanya menghitung fokus atau intensif pajanan, tetapi turut faktor yang lain. Pengukur dan pengawasan fokus dan intensif dengan kuantitatif saja kurang, karena dampaknya pada kesehatan dipengaruhi oleh faktor yang lain itu. Faktor itu perlu diakui untuk melihat kemungkinan faktor risiko (bahaya/hazards) yang bisa saja riel pada kondisi detil.
Risiko adalah kemungkinan satu bahaya jadi riel, yang ditegaskan oleh frekuensi dan waktu pajanan, aktivitas kerja, dan usaha yang telah ditangani untuk menahan dan pengaturan tingkat pajanan. Termasuk yang perlu disaksikan turut adalah perilaku kerja, higiene perorangan, dan kegiatan rutin saat kerja yang dapat tambahkan risiko permasalahan kesehatan.
Watakisasi Risiko
Arah cara watakisasi risiko adalah menilai besaran (magnitude) risiko kesehatan pada karyawan. Dalam hal ini adalah gabungan keparahan permasalahan kesehatan yang kemungkinan ada termasuk daya toksisitas bila ada imbas toksik, dengan kesempatan permasalahan kesehatan atau imbas toksik dapat berjalan jadi resiko pajanan bahaya mungkin. Watakisasi risiko dengan diawali memadukan informasi berkenaan bahaya yang terdeteksi (imbas permasalahan/toksisitas detil) dengan perkiraan atau pengukur intensif/fokus pajanan bahaya dan status kesehatan karyawan.
Penilaian Risiko
pemerincian cara umum yang biasanya ditangani dalam penilaian risiko meliputi :
1. Pastikan personil penilai
Penilai risiko dapat tiba dari internal perusahaan atau ditolong oleh petugas yang lain di luar perusahaan yang oke baik pada pengetahuan, wewenang atau kekuatan lainnya yang berkaitan. Tergantung dari kepentingan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai dapat ialah satu team yang terdiri dari beberapa orang.
2. Pastikan objek/segi yang bakal dilihat
Objek atau segi yang bakal dilihat dapat diperbedakan menurut segi / departemen, tipe tugas, proses produksi dan sebagainya. Penentuan objek ini demikian membantu dalam klasifikasi kerja penilai.
3. Lawatan / Pemantauan tempat kerja
Tugas ini dapat dimulai melalui satu "walk through survei / Inspection" yang berupa umum sampai pada pemantauan yang lebih detail. Dalam tugas ini konsep keutamaan adalah saksikan, dengar dan menulis semua keadaan dalam tempat kerja baik mengenai segi tugas, proses, bahan, banyaknya karyawan, keadaan kondisi, cara kerja, teknologi pengaturan, alat perlindungan diri dan beberapa hal yang lain terkait.
4. Analisis kekuatan bahaya
Langkah-langkah dapat ditangani untuk mengenali kekuatan bahaya dalam tempat kerja, misalnya melalui : pemantauan / survei tempat kerja teratur, informasi mengenai data keelakaan kerja dan penyakit, mangkirsi, laporan dari (panitia pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja) P2K3, supervisor atau pengaduan karyawan, helai data keselamatan bahan (material safety data sheet) dan sebagainya. Kemudian diperlukan analisis dan penilaian pada kekuatan bahaya itu untuk memperkirakan cara atau tindakan kemudian paling penting pada kesempatan kekuatan bahaya itu menjadi satu risiko.
5. Cari informasi / data kekuatan bahaya
Usaha ini dapat ditangani misalnya melalui kepustakaan, dalami MSDS, tutorial teknis, standar, pengalaman atau informasi yang lain yang terkait.
6. Analisis Risiko
Dalam tugas ini, semua tipe peluang, karena yang bisa berjalan, tingkat keparahan, frekuensi peristiwa, cara penangkalannya, atau ide tindakan untuk tangani risiko itu dibahas dengan detail dan dicatat sedetail mungkin. Ketidaksempurnaan dapat berjalan, namun melalui usaha sitematik, pembaruan selalu akan didapatkan.
7. Dalami risiko
Memperkirakan tingkat risiko melalui dalami yang pas ialah cara yang demikian pastikan dalam rangkaian penilaian risiko. Kualifikasi dan kuantifikasi risiko, dikembangkan pada proses itu. Diskusi dan anjuran dari beberapa ahli kerap dibutuhkan pada tahap analisis dan dalami risiko.
8. Pastikan cara pengaturan
Bila dari hasil dalami memberinya adanya risiko mencelakakan buat kelangsungan kerja atau kesehatan dan keselamatan karyawan perlu ditegaskan cara pengaturan yang diambil dari langkah-langkah misalnya : Bila dari hasil dalami memberinya adanya risiko mencelakakan buat kelangsungan kerja atau kesehatan dan keselamatan karyawan perlu ditegaskan cara pengaturan yang diambil
Comments
Post a Comment